Luka Yang Terkubur
Annisa Ridha Apriliany
Hai, izinkan dan dengarlah
ceritaku…
Ini adalah cerita luka yang ku
kubur dalam-dalam tanpa sepengetahuan siapapun
Yang berhasil ku kubur selama
kurang lebih 19 tahun.
Ya, aku gadis 19 tahun
Dibesarkan oleh keluarga yang
mungkin menurut kalian adalah keluarga yang berkecukupan
Bagai bunga teratai yang terlihat
damai nan indah tiada ancaman
Aku gadis 19 tahun yang terlahir
premature dengan gangguan mata
Lazy
eye, strabismus, exotropia di salah satu mataku
Iya benar, ini dia, di mata
kananku.
Ketika aku memandang cermin atau
melihat jarak dekat, mereka terlihat akur
Namun, ketika melihat jarak jauh,
mataku saling berjauhan seakan mereka sedang bertengkar
Ya sudahlah mungkin mereka akan
baikan, pikirku begitu..
Namun, ternyata tidak, sampai saat
ini pun mereka tetap saja bertengkar.
Aku tumbuh ditengah-tengah percikan
lahar yang keluar dari mulut orang banyak
Dan tak mungkin, kadang lahar itu
juga keluar dari mulut sedarahku
Aku penyandang strabis, yang selalu
dihina dan dicaci dengan tragis
Sejak aku kecil sampai sekarang pun,
percikian lahar itu betah berlantun di sekitar kupingku
Dengarkan baik-baik dan jawablah
soalku
Tenang, soalnya tidak banyak, hanya
sedikit saja
Apa mataku bersalah? Apa mataku
pernah melakukan suatu kesalahan? Coba jelaskan!
Biar aku periksa, jika memang ada,
akan ku beri pelajaran untuknya
Biar aku ajari dia, agar tak lagi
membuat kesalahan yang membuatmu terus saja menghina gadis strabis ini.
Namun, aku tidak seberapa yakin
Seberapa banyak kesalahan yang
dilakukan mataku kepada kalian, yang kalian juluki ini sebagai mata juling
Benar, mata yang kalian hina
walaupun dia tak berbuat salah sedikit pun
Bahkan ketika mata ini tidak
mengenal kalian sama sekali, tetap saja kalian caci.
(Bersambung...)
(Bersambung...)
Yogyakarta, 14 November 2018
Komentar
Posting Komentar