ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Disusun Oleh
Kelompok 7:
5171711002: Pandu Selpa Nugraha
5171711015: Elsy Yuli Yanti
5171711017: Aldo Hafirano
5171711034: Prima Nur Cahyo
5171711035: Joni Agus Prayitno
5171711038: Annisa Ridha Apriliany
SEMESTER II
PRODI S1 ILMU
KOMUNIKASI
FAKULTAS
HUMANIORA
UNIVERSITAS
TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2018
Daftar Isi
BAB 7
ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. PENGERTIAN ETIKA
Dari
segi elimologi
dasar
kata, istilah etika berasal dari kata Latin ethicu
yang berarti kebiasaan sesuatu dianggap etis atau apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk sehingga
terdapat pengertian lain tentang etika ialah mempelajari suatu studi atau ilmu
yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik
dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu normatif maka dengan
sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma norma yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau buruk. Dengan demikian etika
diharapkan berperan untuk membuka wawasan tentang kebaikan dan keburukan atas
tindakan seseorang.
Courtland L. Bovee dan John V. Thill (Alih
bahasa Doddi Prastuti, 2007: 31) mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku
yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika,
melakukan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang
memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak menghargai
orang lain, dan menunjukkan kepedulian terhadap dampak atas tindakannya di
masyarakat
Seringkali
orang mencampur aduk istilah etika dan etiket. Etika adalah bang filsafat yang
mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan persoalan moral atau kesusilaan.
Sedang etiket ialah tata krama atau sopan santun.
Dalam
menelaah ukuran baik dan buruk ini, kita bisa melakukan penggolongan etika
menjadi dua kategori, ialah tika deskriptif dan normatif.
- Etika deskriptif
Etika deskriptif merupakan
usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma
baik-buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama, baik dalam keluarga maupun di
dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang
sudah ada di keluarga atau di masyarakat sebagai acuan etis, Apakah tindakan seorang
itu etis ataukah tidak, tergantung kesesuaiannya dengan yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Jadi ukuran etisnya sederhana saja, kalau tidak bertentangan
dengan kebiasaan, maka tindakan itu dikategorikan etis. Namun apabila berbeda
dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang merupakan tindakan yang tidak etis.
Sebagai contoh, seorang kepala sekolah mengundang para guru dan karyawan untuk
hadir dalam acara syukuran pernikahan putranya. Mereka akan memenuhi undangan
itu, mereka akan memberikan tanda tali asih sebagai ungkapan etis. Jadi seorang
guru atau karyawan akan merasa yakin pilihannya untuk datang dan menyampaikan
tali asih, karena guru dan karyawan lainnya juga melakukan hal ini. Sudah
barang tentu para guru dan karyawan berusaha meluangkan waktu untuk menghadiri
undangan itu. Ada perasaan bersalah karena sikap itu tidak tidak sesuai dengan
yang dilakukan sebagian besar orang.
- Etika Normatif
Etika normatif
berusaha menelaah dan memberikan penilaian etis tindakan dengan cara yang
berbeda, yaitu dengan menggunakan norma yang dibuat oleh otoritas tertentu.
Dengan demikian apakah tindakan itu atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya
terhadap norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau
masyarakat.
Norma rujukan yang
digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa bermacam-macam. Mungkin tata
tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik disusun untuk dipergunakan sebagai
perangkat nilai yang mengarahkan dan mengawasi tindakan para anggotanya.
B. ALIRAN ETIKA
John C.
Merill (1975: 79-88) menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain aliran deontologis,
teteologis, egoisme, dan utilitarisme.
Aliran
deontologis (deon yang harus wajib, Yunan) melakukan penilaian atas tindakan
dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu eusnya tindakan secara
hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk. Kriteria etis
ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan perilaku yang
langsung dikategorikan baik, tetapi ada juga perilaku yang langsung dinilai
buruk. Misalnya saja perbuatan mencuri, berkhianat pun memfitnah, menganiaya,
mengingkari janji Apapun alasannya perbuatan itu tetap dinilai sebagai perbuatan
yang tidak etis. Dengan demikian ukuran dari tindakan ada di dalam tindakan itu
sendiri.
Ukuran etis
yang berbeda, dikemukakan oleh aliran teleologis
(telos berarti tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu
sendiri, tetapi dilihat dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik,
dalam arti sesuai dengan norma etika di masyarakat, maka tindakan itu
digolongkan sebagai an tal tindakan etis Jadi apabila suatu tindakan bertujuan
jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam hikayat Betawi, kita mengenal ada
seorang pemuda pribum untuk bernama Si Pitung, yang sering melakukan perampasan
harta Kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk dibagikan kepada fakir miskin
Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan mulia. Masalahnya adalah bah tujuan
tindakan itu baik atau buruk, menurut siapa? Suatu tindakan menurut yang
melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang lain mungkin terkandung tujuan
jelek. Baik lah kita lanjutkan dengan aliran etika egoisme dan utilitarisme.
Etika egoisme
menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh pelakunya sendiri.
Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik, apabila menghasilkan terbaik
bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila orang yang sudah selesai
kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung menikah, atau
bekerja dulu sebelum menikah? Menurut aliran ini jatuhnya pilihan akan
didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana yang
lebih etis sifatnya relatif: apakah bekerja dulu atau misalnya dirasa bekerja
dulu lebih menguntungkan secara Kalau ribadi, itulah yang lebih etis. Karena
standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka aliran
etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi berguna).
Etika utilitarisme (utilitis = berguna) adalah kebalikan dari paham egoisme, yaitu
yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak
(masyarakat). Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan
subjektif individu, melainkan secara objektif pada masyarakat umum. Misalnya,
pada suatu hari masyarakat kampung kita mengadakan kerja bakti. Menurut etika
utilitarisme menghadiri kerja bakti itu tindakar etis, karena lebih bernianfaat
bagi masyarakat. Jadi, kepentingan umum (masyarakat jauh lebih utama daripada kepentingan
pribadi. Norma-norma sosial budaya yang berkembang di dalam masyarakat menjadi
acuan bersama, sehingga interaksi warga dalam hidup bermasyarakat menjadi
harmonis. Oleh karena sifatnya yang mengutamakan nilai sosial budaya di
masyarakat ketimbang nilai pribadi dan keluarga, maka aliran etika ini dapat
kita sebut sebagai etika sosial budaya.
Jika kita
ingat bahwa dalam etika telah ditunjukkan suatu kriteria ukuran baik dan buruk,
maka menjadi keharusan bagi kita untuk memahaminya dan mengaplikasinnya dalam
aktivitas nyata, termasuk dalam berkomunikasi. Kita etis akan memilih suatu
tindakan yang etis, ialah yang sesuai dengan ukuran ang berlaku. Fakta yang
harus selalu kita ingat adalah bahwa standar etika antara satu kelompok
masyarakat dengan yang lainnya seringkali berbeda. Fakta inilah yang
menyebabkan kita akan senantiasa dihadapkan kepada masalah-masalah etis.
C. ETIKA SOSIAL BUDAYA
Orang Jawa
mengatakan, "desa mawa cara, negara
mawa tata" artinya kurang lebih bahwa setiap desa mempunyai tata cara,
setiap negara mempunyai peraturan. Demikianlah kenyataannya, setiap kelompok
masyarakat memegang teguh suatu norma yang telah disepakati bersama untuk
menilai suatu tindakan baik atau buruk, mana yang diperbolehkan dan mana yang
dilarang. Norma yang berlaku untuk memandang perilaku warga masyarakat itu
dinamakan etika masyarakat atau etika sosial budaya. Sumber nilainya dari norma
sosial dan nilai budaya yang berlaku. Wujud konkretnya adalah seperangkat
peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku kembini yang baik dalam
pergaulan, dalam bermasyarakat atau dalam berhubungan dengan orang lain arsa
Jadi etika sosial budaya adalah ketentuan baik buruk yang bersumber dari
nilai-nilai dan norma norma sosial budaya di masyarakat.
1)
Dasar-dasar
etika:
·
Sopan
dan ramah kepada siapa saja
·
Memberikan
perhatian kepada orang lain tidak mementingkan diri sendiri
·
Menjaga
perasaan orang lain
·
Ingin
membantu
·
Memiliki
rasa toleransi
·
Dapat
menguasai diri, mengendalikan emosi dalam setiap situasi
2)
Kesalahan
dalam Etika:
·
Bahasa
yang tidak pas
·
Tidak
menghargai waktu orang lain
·
Penampilan
yang tidak pas
·
Tata
cara bertelepon yang salah
·
Kesalahan
dalam menyapa
·
Kurangnya
keterampilan mendengar
·
Tidak
menghargai milik orang lain
·
Mempermalukan
orang lain
Standar etika adalah bahwa tindakan itu
dikategorikan etis atau baik jika sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya
di masyarakat. Dengan demikian tidak diukur dari kepentingan subjektif
individu, melainkan pada kesepakatan bersama masyarakat secara umum.
Misalnya, di
Kabupaten Wonogiri (pada tahun 1980-an, apabila ada orang punya hajatan (mantu,
kitanan, kelahiran, dan lain-lain), tidak di gunakan undangan. Untuk mengetahui
apakah orang yang sedang hajatan menerima sumbangan atau tidak, dilihat dari
apakah dalam hajatan itu digu nakan pengeras suara (sound system) atau tidak.
Apabila memakai pengeras suara, berarti menerima sumbangan, dan masyarakat
sekitar akan datang menyumbang. Bahkan di salah satu kampung, ada petugas yang
menyiarkan besarnya sumbangan melalui pengeras suara.
Berdasarkan
contoh di atas nampak bahwa etika sosial budaya berlakunya pada lingkungan
sosial yang terbatas, yaitu di dalam kelompok sosial budaya di mana norma etika
itu disepakati. Dengan demikian, pada lingkungan sosial budaya yang berbeda,
akan berlaku norma etika yang berbeda pula. Oleh karena itulah ada pepatah,
"di mana bumi dipijak, di situ
langit dijunjung". Artinya di mana kita berada, peraturan yang berlaku
harus diindahkan.
Di dalam
masyarakat, terdapat berbagai macam kelompok atau organisasi yang masing-masing
juga cenderung mengembangkan norma etika bagi anggotanya. Misalnya saja
berbagai organisasi profesi, biasanya melengkapi dengan norma etika, yang
disebut dengan kode etik profesi, atau etika profesi.
Masing-masing
diikat oleh adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis. Norma
yang mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi
atau kode etik profesi.
Ketentuan
norma etika yang secara formal berlaku di suatu organisasi sering dinamakan
kode etik. Kode etik ialah serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati
bersama guna mengatur tingkah laku anggota anggota dalam suatu organisasi.
Seringkali kode etik itu dirumuskan secara mema agar dapat dipergunakan sebagai
pedoman bertindak. Biasanya kode k dijadikan pedoman dalam
organisasi-organisasi pro.
Kode etik
merupakan standar etika bagi setiap anggota profesi yang dituangkan secara
formal, tertulis, dan normatif dalam suatu bentuk aturan oleh main. Disusunnya
kode etik profesi ialah merupakan komitmen terhadap anggung jawab pelaksanaan
tugas dan kewajiban. Fungsi kode etik profesi ialah memandu, mendampingi,
memberi arah tingkah laku anggota profesi agar tidak keluar dari etika yang
menjadi anutan. Kode etik profesi memberi gambaran nyata tentang:
1)
Bagaimana
sepatutnya para anggota bertindak
2)
Manakah
tindakan yang benar dan salah
3)
Bagaimana
seharusnya para anggota berperilaku
4)
Tindakan
yang baik dan buruk
5)
Apakah
hak dan kewajiban anggota profesi
Untuk
mendapatkan atau melakukan kebenaran tindakan, maka kita harus taat etika.
Untuk mendapatkan kebenaran hukum, para profesional di bidang ini harus taat
pada kode etik hukum. Untuk melaksanakan kebenaran jurnalistik, maka para
anggota profesi wartawan mesti memperhatikan kode etik profesinya.
Pada
hakikatnya tindakan yang benar hanya satu, tetapi yang tidak benar banyak tidak
terhingga. Oleh karena itu tindakan profesional perlu dipandu oleh etika
profesi. Melalui pemahaman, penghayatan dan pengamalan etika profesi,
diharapkan semua anggota organisasi memiliki kualifikasi etis yang meliputi:
Memiliki
pengetahuan, wawasan dan cara berpikir yang sesuai dengan etika yang berlaku
bagi profesinya. la perlu memahami dan mengetahui ketentuan-ketentuan etis yang
menyangkut tindakan profesi Pengetahuan ini menjadi bekal penang untuk
kualifikasi selanjutnya yang dituntut, ialah kesadaran Apabila orang mengetahui
norma etika, diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi untuk mematuhinya.
Memiliki sikap
sadar dan taat terhadap norma etika. Kesadaran etis menjadi landasan utama bagi
seorang untuk lebih ensitif dalam profesional kepentingan objektif profesi dan
bukan untuk kepentingan subiektif individu. Yang bersangkutan dengan senang hati
menempatkan etika profesi sebaga acuan dalam bersikap.
Memiliki perilaku yang sesuai dengan tuntutan
etika profesi. Dalam setiap tindakannya, senantiasa mempertimbangkan norma
etika, moral dan tata krama profesi. Dia dengan cermat dapat memperhatikan hak
hak orang lain, sesuai dengan hak dan kewajiban anggota. Dapat disimpulkan
bahwa kualifikasi seorang profesional dalam men empatkan kode etik sebagai
acuan berkarya, ialah meliputi pengetahuan, sadaran, sikap dan perilaku. Kalau
seseorang hanya mengetahui etika tetapi tidak bersikap dan berperilaku sesuai
norma yang diketahuinya itu maka ia pun akan dinilai tidak memenuhi kualifikasi
profesonat tersebut Sonny Keraf (1993 49.50) mengemukakan lima prinsip etika
profesi, yaitu:
a.
Tanggung jawab
Setiap orang yang menyandang
profesi tertentu harus nemiliki rasa tanggung jawab terhadap profesinya. Dalam
hal ini tanggung jawab yang dimaksud, mengandung dua arti:
·
Tanggung
jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function), artinya
keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus baik serta dapat
dipertanggungjawabkan, sesuai dengan tandar profesi, efisien dan efektif.
·
Tanggung
jawab terhadap dampak atau akibat dari aktivitas pelaksanaan profesi (by
profession terhadap dirinya rekan kerja dan profesi perkantoran atau perusahaan
dan masyarakat umum, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat
memberikan manfaat dan berguna baik bagi dirinya maupun bagi perkantoran dan
orang lain.
b.
Kebebasan
Para profesional memiliki
kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa atau ragu-ragu, ditentukan
oleh anggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah kode etik sebagai
standar perilaku profesional
c. Kejujuran
Kejujuran merupakan prinsip
profesional yang penting. Ditunjukkan oleh sifat jujur dan setia serta merasa
terhormat pada profesi yang disandangnya, tidak menyombongkan diri, serta
berusaha terus untuk mengembangkan diri dalam peningkatan keahlian dan
keterampilan profesional. Dengan demikian merupakan perbuatan tabu apabila
seorang profesional secara sengaja melacurkan profesinya untuk tujuan yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan demi keuntungan meter atau kepentingan
pribadi.
d.
Keadilan
Dalam menjalankan profesinya,
maka setiap profesional memiliki kewa jiban untuk memelihara pelaksanaan hak
dan kewajiban secara seimbang. Seorang profesional bertindak objektif, tidak
mengganggu orang lain, tidak mencemarkan nama organisasi.
e.
Otonomi
Dalam prinsip ini, seorang
profesional memiliki kebebasan secara otonom dalam menjalankan profesinya
sesuai dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuannya. Kebebasan otonom
merupakan peluang bagi profesional untuk meningkatkan kinerja dan
kreativitasnya. Akan tetapi dia harus bertanggung jawab tidak menyalahgunakan
otonomi kreatif ini untuk kepen tingan pribadi yang tidak sejalan dengan kaidah
kode etik profesi.
Demikianlah,
etika profesi merupakan pemandu agar para anggota mengetahui dan memiliki
pegangan yang kokoh untuk menilai pekerjaan atau tindakannya. Seseorang
melanggar kode etik profesi, sudah barang tentu ada sanksi yang diterimanya.
Jenis sanksi itu sesuai dengan kelaziman dan ketentuan yang telah disepakati
oieh para profesional itu sendiri. Jadi kode etik dibuat dan disusun oleh para
anggota profesi itu sendiri, dan ditujukan untuk mengatur tindakan seluruh
anggota organisasi itu sendiri.
D. DILEMA ETIKA DAN HILANG ETIKA
Pada
hakikatnya hanya ada satu tindakan yang etis, dan yang benar. Sementara itu
tindakan yang tidak etis banyak tidak terhingga. Kadang-kadang kita dihadapkan
pada suatu pilihan etis yang sulit, yaitu memilih antara yang baik dengan yang
baik, atau memilih yang buruk dengan yang buruk. Kalau memilih antara yang baik
dengan yang buruk, itu mudah, pasti kita akan memilih yang baik. Contoh, saya
seorang pendidik. Suatu ketika seorang anak didik saya ketahui tidak
memperhatikan kuliah yang saya berikan bahkan asik bermain-main dengan
hand-phone. Saya harus memilih berbagai tindakan: a) meminta dia agar mematikan
handphone dan menperhatikan
pelajaran, b) merampas handphone dan
mengusir mahasiswa itu keluar.
Pilihan yang
sulit adalah ketika kita harus memilih antara yang baik dengan yang baik, atau
antara yang buruk dengan yang buruk. Misalnya, seorang guru harus memilih satu
di antara dua alternatif tindakan pada satu kesempatan yang sama yaitu sehari
sebelum pelaksanaan ujian nasional: a) memberikan pelajaran tambahan untuk
siswa yang akan mengikuti ujian nasional, dan b) mengawasi dan membimbing
anaknya sendiri untuk belajar guna menghadapi ujian nasional. Tindakan “a”
adalah tindakan yang baik karena peduli dengan siswanya. Begitupula tindakan
"b" itupun juga tindakan yang baik, karena baik-buruknya prestasi
seorang anak harus diperhatikan oleh orang tuanya.
Memilih
antara perbuatan yang buruk dengan yang buruk, itupun juga sulit dilakukan.
Misalnya, Anda seorang pimpinan perusahaan. Akhir-akhir ini keuntungan
mengalami penurunan bahkan menjurus kepada situasi di mana perusahaan merugi.
Ada dua alternatif tindakan: a) menurunkan profesi gaji karyawan, dan b)
mengurangi junlah karyawan dengan melakukan agar pan pemutusan hubungan kerja.
Jeiaslah bahwa memilih satu di antara dua opsi itu tidak mudah, karena kedua opsi
tindakan itu bersifat buruk.
Sementara
itu, hilang etika adalah pilihan tindakan yang jelas tidak beretika, atau pilihan
tindakan yang ilegal tidak ada dasar hukum maupun dasar etika. Misalnya,
seorang anggota tim sukses dalam pemilihan kepala daerah memberikan pujian yang
berlebih-lebihan kepada calon yang serta menyebarkan fitnah untuk calon yang
menjadi rival. Sudah didukung jelas, bahwa tindakan itu tidak etis. Karena anggota
tim sukses tersebut telah mengabaikan
norma etika, maka tindakannya disebut sebagai tindakan hilang etika.
E. ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Komunikasi
interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antarindividu.
Untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan
komunikasi dapat tercapai tanpa menimbulkan kereng gangan hubungan
antarindividu, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah
menerapkan etika komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat
dalam proses komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai anggota masyarakat, perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:
- Nilai-nilai dan norma norma sosial budaya setempat
- Segala aturan, ketentuan tata tertib yang sudah disepakati
- Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya
- Tata krama pergaulan yang baik
- Norma kesusilaan dan budi pekerti
- Norma sopan-santun dalam segala tindakan
Dalam
pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang berkomunikasi, selalu
memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Berkomunikasi tidak selamanya mudah apalagi kalau kita tidak mengetahui jati
diri (latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan
menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan
etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang karakter orang yang kita
hadapi kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya dalam
berkomunikasi.
Tujuannya
adalah menguji sejauh mana perhatian Anda terhadap teman karib Anda itu.
Apabila Anda memiliki perhatian yang baik, maka Anda akan memahami
karakteristik latar belakang sosial budayanya, dan dengan demikian Anda dapat
mengusahakan proses komunikasi yang menyenangkan kedua belah pihak, tanpa
melanggar etika dan tata krama.
Etika yang
tergambarkan dalam tata krama berkomunikasi adalah kebiasaan dan mungkin
merupakan kesepakatan dalam hubungan antarwarga di masyarakat. Ukuran etika itu
berlaku secara selingkung, dan kadang-kadang sulit dimengerti akal sehat.
Misalnya ada bangsa lain yang makan sambil mengeluarkan bunyi ciplak, hal ini
tidak dianggap tidak sopan, malah sangat karena menunjukkan kesungguhan
menikmati hidangan. Sebaliknya bagi kebanyakan orang Indonesia hal itu
dipandang sebagai tidak sopan.
- Etika Komunikasi Interpersonal Tatap Muka
Komunikasi tatap
muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi.
Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan
meskipun tidak disengaja, sangat mung menyebabkan orang lain sakit hati kita
mengatakan, “peliharalah lidah." Hati-hatilah dalam berbicara dengan
siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak mendatangkan
akibat kurang menyenangkan dalam membina hubungan yang baik di kemudian hari.
Memang lidah tidak bertulang. Baiklah di sini disampaikan beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap muka:
Melakukan
komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah cara yang efektif
untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan, perlu
diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan
menyenangkan bagi kedua belah pihak. Ketika kita berkomunikasi secara tatap
muka, maka kita dapat melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang ada di
sekitar kita.
Dalam suatu
pembicaraan, pemahaman terhadap ekspresi wajah sangat penting karena melalui
ekspresi wajah dapat melihat atau membaca makna suatu pesan sehingga kita dapat
memperkirakan apakah ada kesesuaian dengan pesan verbal yang disampaikannya.
Biasanya apa yang diungkap seseorang melalui ekspresi wajahnya adalah suatu
ungkapan yang jujur dan dapat dipercaya, artinya ekspresi wajah memperlihatkan
reaksi terhadap sesuatu atau pesan dengan objektif.
Tetapi adakalanya
ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan yang ia ungkapkan pada pesan
verbalnya, misalnya seseorang mengatakan bahwa dia tidak marah tetapi wajahnya
terlihat tegang. Hal ini terjadi jika seseorang berusaha menyembunyikan
perasaaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin orang tersebut berhasil
menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dengan cara berpura-pura, tetapi lama
kelamaan wajahnya akan mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.
Senyuman,
merupakan salah satu cara mengekspresikan perasaan. Ada berbagai makna dari
senyuman seseorang. Misalnya, sebuah senyuman dapat bermakna keramahan, sapaan,
simpati, dan juga dapat bermakna mengejek. bibir mencibir sebagai ungkapan
perasaan tidak mempercayai yang dikatakan lawan bicara, dan sebagainya.
Beberapa norma
etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu diperhatikan:
·
Waktu
berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan
dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak
terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara
·
Jangan
kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema
pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman. Kalau teman kita sudah
tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi
dan menyesuaikannya.
·
Janganlah
mempergunjingkan orang lain. Apalagi yang digunjingkan itu tentang kejelekan
dan sisi negatif orang lain. Memang menggunjing atau ngrumpi itu mengasyikkan,
tetapi hal itu menunjukkan sifat jelek karena hanya membicarakan kesalahan
orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja juga banyak
kekurangan dan kesalahan.
·
Jangan
memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain, dan jangan
memotong pembicaraan orang lain. Ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata
agar kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Misalnya, hendaklah
kita berdiam dan memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara.
·
Waktu
berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita
ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya
untuk mengatur jarak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.
Bila kita memasuki restoran yang di dalamnya hanya ada seorang konsumen, orang
tersebut tidak kita kenal, lagi pula kita tidak ingin berinteraksi dengannya,
maka akan terasa nyaman apabila mengambil tempat duduk yang berjauhan dengan
dia. Tetapi ketika kita bertemu teman lama di sebuah taman, dan tempat duduk di
sebelah teman kita itu rmasih kosong, maka lebih baik apabila kita duduk
berdampingan dengannya.
·
Ketika
kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan
terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin, atau menguap hendaklah mulut ditutup
dengan tangan. Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terima kasih.
- Etika Berkomunikasi dengan media Telepon
Telepon baik
telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat
diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara
menelepon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata krama maka nama baik
akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan
telepon sangat perlu dipahami dan dilaksanakan. Beberapa prinsip di bawah ini
perlu diperhatikan:
·
Apabila
hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat. Jangan menelepon
pada saat orang sedang istirahat (malam hari) tau sedang jam makan, kecuali
pesan yang hendak kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa
ditunda
·
Berbicaralah
dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran (to the point)
·
Ketika
sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara
·
Janganlah
berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah isyarat secara
halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara
·
Siapkanlah
kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya
·
Pada
akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih
·
Setelah
mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon. Kalau telepon di
rumah atau kantor kita berdering, segera kita angkat gagang pesawat karena
dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya perhatian
·
Cara
mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan
membayangkan seolah-olah lawan bicara bertatap muka dengan kita.
- Etika Menggunakan Short Message Service (SMS)
Komunikasi
interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan pendek SMS. Di samping
harganya murah juga lebih praktis, Kita dapat menjangkau alamat tujuan dengan
segera. Ada norma etika yang lazim digunakan agar isi SMS kita terhindar dari
apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh partner komunikasi:
·
Isi
SMS yang hendak dikirimkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai muncul
kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si penerima
·
Penggunaan
kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan SMS.
·
Kurang
pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi menunda-nunda sampai
terlupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang memperhatikan dan menghargai si
pengirim SMS.
·
Jangan
menggunakan istilah dan singkatan yang tidak populer, karena dapat menimbulkan
salah penafsiran.
·
Gunakan
SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa nengganggu orang lain
·
Menuliskan
SMS dengan huruf kapital, sering dianggap sebagai ungkapan kemarahan.
- Etika Menggunakan Email dan Facebook
Teknologi internet
telah mengubah cara orang berkomunikasi. E-mail dan facebook merupakan kunci
utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya mempunyai satu alamat email
atau facebook, kita dapat mengikuti berbagai model komunikasi yang ditawarkan
sebagai fasilitas internet. Beberapa model komunikasi itu, diantaranya Forum,
Milis/Group, Situs jejaring sosial, Blog, Situs sharing file, E-earning
menggunakan eleconference.
Salah satu
teknologi komunikasi yang berkembang sangat cepat adalah handphone.
Dibandingkan dengan media lain, handphone benar-benar dapat memperoleh simpati
masyarakat, terutama para remaja. Permasalahannya adalah bagaimana kita dapat
menggunakan teknologi itu. Karena ia seperi pisau bermata dua, dapat membawa
kebaikan dan keburukan. Di tangan orang yang memahami norma etika, e-mail dan
facebook membawa banyak manfaat positif. Tetapi apabila tidak dikawal dengan
norma tata krama, sangat mungkin membawa dampak negatif. Ada beberapa contoh
norma etika yang perlu diperhatikan:
·
Pilahkan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi
·
Gunakan
teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi
·
Gunakan
teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang
·
Jangan
membobol password dan mengakses
informasi milik orang lain waktu dan belanjakan uang untuk teknologi bijaksana
·
Teknologi
hanyalah merupakan alat bantu
- Menyapa
Tindakan sederhana
yang perlu dilakukan kepada individu, seperti teman, tetangga, famili adalah
menyapa. Dalam menyapa, awali dengan menyebut namanya. Usahakan tidak menyapa
dengan nama parapan. Nama parapan itu julukan kepada seseorang bukan dengan
nama aslinya, tetapi nama lain yang diberikan oleh orang atau kelompok orang
tertentu.
Untuk menunjukkan
apresiasi kedekatan terhadap teman, kalau memang nama parapan itu dianggap
perlu karena dimaknai sebagai pertanda keakraban pertemanan, sebaiknya dicari
nama yang baik, memberi semangat, dan dapat diterima oleh yang diberi nama.
Misalnya nama aslinya Joko, panggil dia dengan Jack, Manto dipanggil Antok.
Sudadi dipanggil Deddy. Latif dipanggil Stieven.
- Tidak Mengolok-olok
Dalil interaksi
timbal balik dalam berkomunikasi interpersonal, apabila kita memperlakukan
seseorang dengan baik, maka orang itupun juga akan berlaku baik kepada kita.
Begitu pula sebaliknya, apabila kita memperlakukan teman tidak sopan, maka kita
akan mendapat perlakuan yang sama. Karena itu jangan memperlakukan teman kita dengan
ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Janganlah mengolok-olok teman, apalagi
sampai melewati batas sampai menyinggung hati dan harga dirinya, jangan
berprasangka buruk terhadapnya, apalagi memfitnahnya tanpa fakta dan bukti.
- Tidak mempergunjingkan teman
Tidak ada manusia
yang sempurna. Kalau ada kekurangan pada diri teman kita, baik dak sepatutnya
kita mempergunjingkannya. Sebagai teman yang baik, usahakan tetap menjaga nama
baiknya seperti kita pun tidak senang dijelek-jelekkan dan dipergunji crang lain.
Kalau kita memang memiliki itikad baik untuk mengingatkan teman kita yang telah
melakukan kesalahan, maka dapat kita lakukan dengan cara yang santun. Kita
mengajaknya berbicara dari hati ke hati, empat mata, dan bukannya dilakukan di
depan orang lain.
- Tidak membeda-bedakan teman
Semua orang
memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila kita dapat menjalin kerjasama dengan
teman, maka terbuka peluang untuk saling memberi dan menerima, kerjasama,
saling tolong-menolong. Untuk dapat menjalin komunikasi dan kerasama yang baik,
kita dapat mengawali dengan bersikap terbuka untuk bergaul dengan semua teman,
tidak membeda- bedakan, apalagi membentuk kelompok yang mengarah kepada klik
yang bersifat ekskusif, seperti kelompok “the
best” yang terdiri dan orang-orang yang merasa dirinya paling hebat dan
paling pintar. Kembangkan sifat saling percaya (trust), supcrtif atau
saling mendukung komunikasi dua arah (timbal balik), memiliki empati,
menyenangkan, nyaman kedua belah pihak.
- Etika Menyambut Tamu
Ada berbagai cara
yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukkan tindakan menghormati tamu.
Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan berhubungan dengan
penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada pepatah mengatakan,
"tamu adalah raja” hal ini
mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merapakan kewajiban tuan rumah.
Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu,
antara lain:
·
Menjemput
tamunya di bandara, atau di tempat kedatangan lainnya
·
Menyediakan
akomodasi dan transportasi
·
Berjabat
tangan atau saling memeluk
·
Mengalungkan
bunga kepada tamu
·
Mengadakan
jamuan penghormatan disertai toast
atau angkat gelas mengkomunikasikan dan mengkompromikan jadwal acara.
Demikianlah cukup
banyak alternatif untuk menyambut dan menghormati tamu. Kita mesti berkeyakinan
bahwa ketika kita menghormati tamu maka para tamu pun akan menghormati kita.
- Etika di Ruang Tunggu Umum
Kenyamanan dan
ketertiban di ruang tunggu umum, seperti misalnya di bank, rumah sakit, kantor
kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan memperhatikan tata tertib dan
etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh:
·
Harus
antri untuk memberi atau menerima sesuatu di depan loket. Jangan menyerobot
atau berdesakan. Berdiri di belakang orang yang datang terlebih dahulu
·
Jangan
menerima telepon dengan suara keras, karena mengganggu orang Jangan duduk
berselanjar kaki di bangku panjang untuk umum atau menaikkan sepatu ke atas
bangku yang disediakan untuk pengunjung lainnya
·
Jangan
membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan di sembarang tempat.
Jangan pula meludah di sembarang tempat.
·
Setiap
orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu pemandangan pendengaran,
penciuman, dan lain-lain.
·
Setiap
orang diharap untuk bersikap menjaga kenyamanan
·
Diharapkan
setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan dari sampah, puntung rokok,
sirkulasi udara yang bersih, aman.
·
Jika
sedang menderita flu, batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak meludah
dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di tempat sampah terbuka
di tempat umum
·
Jika
di tempat umum Anda bertemu dengan orang penting tapi tidak terlalu kenal,
cukup ucapkan salam tanpa harus selalu berjabat tangan.
·
Jika
naik tangga, pria berjalan dalam jarak dekat di belakang wanita. Jika turun tangga,
pria melangkah terlebih dahulu dan berada di posisi lebih bawah dari wanita
·
Jika
naik Lift, hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya didahulukan
·
Kacamata
gelap dan topi tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup.
- Etika Berkenalan
Ada pepatah yang
bagus, memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan memiliki teman seribu orang
terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin baik bagi kita. Salah
satu cara untuk menambah teman adalah dengan berkenalan. Ada berbagai cara yang
dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika:
1)
Sebut
nama dengan Jelas
2)
Bersikap
penuh percaya diri, jangan over acting atau malu-malu
3)
Jangan
abaikan personal contact:
·
Genggam
tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja
·
Pandang
mata selaraskan dengan tujuan komunikasi
·
Tubuh
sedikit ke depan
·
Senyum
simpatik
4)
Orang
yang lebih muda diperkenalkan pada yang lebih tua
5)
Umumnya
pria diperkenalkan kepada wanita (kecuali orang penting yang perlu dihormati
atau lebih tua)
6)
Memberi
sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan
7)
Hindari
perkenalan di tempat ramai seperti jalan raya, pasar, dan lain-lain.
- Etika dalam Percakapan
Topik (jangan
menyinggung SARA), sebaiknya membicarakan berbagai hal atau issue yang menarik
kedua belah pihak, seperti:
·
Kebudayaan
·
Adat
istiadat
·
Hobi
·
Olah
Raga
·
Sejarah
·
Hal-hal
yang aktual
1)
Cara
membuat percakapan menarik:
·
Ingin
menyenangkan lawan bicara
·
Mempunyai
rasa humor
·
Mampu
berbicara tentang banyak hal (berwawasan luas)
·
Mampu
menyesuaikan diri dengan lawan bicara
·
Memberi
penjelasan secara singkat dan mudah dimengerti
·
Memperhatikan/melihat
lawan bicara (90% pandangan mata tertuju pada lawan bicara)
·
Menggunakan
kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan Gunakan bahwa yang
mudah dimengerti oleh lawan bicara
·
Menatap
mata lawan bicara dengan lembut
·
Memberikan
ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
·
Gunakan
gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar
·
Bertingkah
laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
·
Memakai
pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
·
Tidak
mudah terpancing emosi lawan bicara
·
Menerima
segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
·
Menggunakan
volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
2)
Yang
perlu dihindari dalam percakapan:
·
Memotong
pembicaraan orang lain
·
Memborong
semua penbicaraan
·
Membual
tentang diri sendiri
·
Membicarakan
hal-hal yang meninibulkan pertentangan
·
Membicarakan
soal penyakit dan kematian secara benele-tele
·
Menanyakan
harga barang yang dipakai seseorang
·
Menanyakan
hal-hal yang bersifat sangat pribadi
·
Mempermalukan
orang lain
·
Memberi
nasihat tanpa diminta (nenggurui)
·
Menanyakan
usia seorang wanita
·
Memaksa
seorang pendiam atau pemalu berbicara di depan umum
·
Melarang
orang lain ikut dalam pembicaraan
·
Berbisik-bisik
Gosip (berita yang belum tentu benar)
- Etika Merokok
·
Tidak
merokok di sekitar tempat yang dilarang merokok
·
Jika
seorang perokok berat berada di satu ruang bersama banyak orang, hendaknya
bertenggang rasa
·
Jika
berada di dalam kelompok orang, sebaiknya minta izin untuk diperbolehkan
merokok.
·
Di
seputar meja makan dan khususnya selama acara makan sedang berlangsung,
dilarang merokok
·
Sebagai
perokok berat, Anda jangan tersinggung bila seseorang menyatakan keberatan dan
terganggu dengan asap rokok.
·
Prinsipnya,
kita jangan merokok di dekat banyak orang, apalagi kalau sedang berdesakan
karena selain mengganggu juga berbahaya.
·
Janganlah
merokok di ruangan tertutup seperti lift, bagian tertentu pesawat terbang, bus,
ruang tunggu praktik dokter dan tempat-tempat berarti Anda dilarang merokok.
- Etika Pertukaran Kartu Nama
- Biasanya dilakukan pada awal pertemuan.
- Serahkan kartu nama dengan satu tangan (biasanya tangan kanan) atau dua tangan.
- Apabila kartu nama dicetak dalam dua bahasa, letakkan sisi dengan bahasa yang dimengerti oleh penerima dan menghadap penerima. Saat menerima kartu nama, baca sesaat dan ucapkan terima kasih, kemudian simpan dalam saku jas atau tas dengan cara yang simpatik
- Memperlakukan kartu nama dengan sembarangan dapat diartikan sebagai suatu penghinaan.
DAFTAR PUSTAKA
Suranto
AW. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Komentar
Posting Komentar